Salah satu cara Nabi mendapatkan wahyu adalah saat dia tidur. Ada apa dengan tidur?
Ini adalah rahasia besar yang disimpan dan disembunyikan selama berabad-abad oleh kaum sufi, orang-orang sakti dan winasis, kaum mistikus agama apapun sepanjang masa. Rahasia tentang bagaimana mendapatkan pandangan ilham, pencerahan dan kebijaksanaan. Rahasia terbesar itu adalah semedi dengan cara yang nyaris sama dengan kalangan umum yaitu dalam posisi tidur. Enak, nyaman sekaligus mendapatkan pencerahan. Sudah dicontohkan oleh para nabi, utusan, avatar bagaimana melaksanakan berbagai posisi yang mampu mengantarkan para penganutnya untuk mendapatkan pencerahan. Mulai dari posisi duduk (ini yang paling banyak diketahui), posisi berdiri maupun posisi berjalan. Sedikit yang mengetahui namun tidak atau jarang diajarkan di forum-forum spiritualis adalah melaksanakan semedi dalam posisi tidur. Konon, para guru semedi tidak mengajarkan semedi posisi tidur karena akan membuat para murid menjadi malas. Padahal posisi inilah yang paling disukai para guru spiritual itu.
Sebab antara tidur yang normal dan semedi tidur hampir tidak ada bedanya sehingga saat melaksanakan semedi dalam posisi berbaring ini para guru tidak mengetahui apakah para murid itu sedang tidur atau sedang semedi. Para murid pun juga dengan mudah beralasan sedang melaksanakan semedi padahal sebenarnya sedang tidur. Sehingga pengetahuan tentang semedi dalam posisi tidur ini kebanyakan “disimpan” oleh kalangan guru spiritual dan hanya disampaikan bila para murid sudah mencapai tingkat tertinggi dan sudah akan “turun gunung” dari padepokan.
Setelah kita mengenal berbagai posisi semedi yakni meditasi duduk bersila, berdiri, berjalan, kita memasuki tahap semedi posisi berbaring tidur. Tidur merupakan aktivitas yang setiap orang pasti melakukan karena sangat penting bagi hidup. Berapa lama kita mampu bertahan tanpa tidur? Penelitian menunjukkan, batas maksimal tanpa tidur yang tercatat sejauh ini adalah 264 jam, atau sekitar 11 hari. Tanpa makanan bisa bertahan sekitar 40 hari. Adapun tanpa minuman, kita bisa bertahan sekitar 3 hari. Apabila diurutkan, berturut-turut paling vital dalam hidup manusia adalah udara, cairan, tidur, dan makanan. Udara menduduki peringkat pertama karena beberapa menit tanpa udara manusia sudah tidak dapat bertahan hidup. Sedangkan tidur menduduki peringkat ke 3.
Kita menghabiskan banyak waktu untuk tidur. Jika rata-rata seseorang tidur 8 jam sehari, itu artinya sudah 1/3 hari digunakan untuk tidur. Jadi kalau kita telah berumur 30 tahun, maka sekurang-kurangnya 10 tahun telah dihabiskan dalam tidur. Bayangkan apa saja yang bisa dilakukan dalam 10 tahun? Tentunya banyak sekali. Tapi faktanya 10 tahun itu dihabiskan untuk tidur. Pada saat tidur, manusia tetap berpikir seperti halnya ketika bermimpi. Meski tentu saja berpikir saat jaga dan saat tidur berbeda. Ingatan seseorang juga tetap bekerja selama tidur seperti terlihat dari fakta kita mengingat mimpi-mimpi yang kita alami. Ketika tidur, seseorang tetap peka dengan rangsangan dari luar, misalnya suara gaduh atau disiram air bisa membangunkan seseorang yang tidur. Oleh karena itu tidur digolongkan sebagai kesadaran.
Sebagai acuan, tidur bisa diartikan sebagai bagian dari periode alamiah kesadaran yang terjadi ketika tubuh direstorasi (diperbaiki) yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran dan keadaan metabolisme tubuh yang minimal. Secara otomatis, otak kita memprogram untuk tidur begitu gelap datang dan terbangun ketika terang tiba. Fakta bahwa manusia dapat bertahan hidup lebih lama tanpa makanan daripada tanpa tidur menunjukkan bahwa tidur memiliki peranan vital dalam kehidupan manusia.
Salah satu teori tentang tidur adalah teori restorasi. Teori tersebut berpandangan bahwa tidur diperlukan untuk: (1). Perbaikan sel otak. Dengan tidur, otak berkesempatan untuk istirahat dan memperbaiki neuron-neuron (sel-sel otak) yang rusak serta menyegarkan kembali koneksi penting antar sel-sel otak yang kurang digunakan. (2). Penyusunan ulang memori. Tidur memberikan kesempatan kepada otak untuk menyusun kembali data-data atau memori agar bisa menemukan solusi terhadap sebuah masalah. (3). Penghematan energi. Tidur menghasilkan rata-rata metabolisme tubuh dan konsumsi energi yang rendah. Oleh karena itu apabila seseorang kurang cukup makan atau memiliki asupan energi yang sedikit, maka tidur menjadi alternatif (4). Sistem kardiovaskular atau peredaran darah berisitirahat selama tidur. Peneliti menemukan bahwa orang dengan tekanan darah normal atau tinggi akan berkurang 20-30% tekanan darahnya, dan berkurang 10-20% denyut jantungnya. (5). Perbaikan enzim dan otot-otot tubuh. Selama tidur sel-sel otot tubuh yang rusak atau tua digantikan oleh sel-sel baru. Proses penyembuhan cedera lebih cepat dalam keadaan tidur. (6). Banyak hormon diproduksi dalam darah selama tidur. Misalnya hormon pertumbuhan pada anak-anak dan remaja, yakni hormon luteinizing yang berperan dalam pencapaian pubertas atau kematangan dan proses reproduksi dihasilkan ketika tidur.
Waktu ideal yang diperlukan untuk tidur tergantung pada banyak faktor, diantaranya usia, kesehatan, daya tahan fisik, dan aktivitas mental. Secara umum, bayi yang baru lahir memerlukan tidur sekitar 16 jam sehari. Pada usia 6 bulan setelah kelahiran, waktu tidur menurun menjadi sekitar 13 jam sehari. Remaja memerlukan rata-rata waktu tidur sekitar 9 jam sehari. Sedangkan kebanyakan orang dewasa memerlukan tidur rata-rata 7-8 jam sehari. Tentu saja banyak orang yang tidur diluar waktu ideal tersebut. Ada yang tidur lebih lama atau lebih sedikit dari waktu ideal yang diperlukan untuk tidur. Kewaspadaan-psikomotor dipengaruhi oleh tidur. Saat terjaga setiap orang mengalami tekanan fisik dan mental yang tinggi.
Tidur berperan menyeimbangkannya dengan penurunan tekanan sehingga mencapai tekanan yang rendah. Siklus itu alamiah terjadi dan telah diatur oleh jam biologis manusia. Seseorang hanya bisa melampaui tekanan fisik dan mental yang tinggi jika cukup beristirahat dalam kondisi tekanan fisik dan mental yang rendah. Oleh karenanya apabila kurang tidur, maka kewaspadaan-psikomotor saat terjaga juga akan sangat rendah. Artinya performa atlet di lapangan juga akan rendah. Tidak heran jika batasan jam tidur selalu dibuat.
Penelitian juga menunjukkan apabila seorang atlet dibiarkan tidur sampai benar-benar terlelap dan cukup, maka mood, tingkat energi dan perasaan sejahtera meningkat tajam. Hal tersebut tentu sangat berguna dalam menghadapi pertandingan. Kombinasi dari kewaspadaan-psikomotor, mood, tingkat energi yang tinggi dan perasaan sejahtera atau bahagia akan membuat seorang atlet mencapai performa puncak di lapangan. Bagaimana bila kurang kita tidur? Jawabannya, berisiko mati lebih dini. Dari hasil penelitian tercatat risiko kematian sebesar delapan persen terjadi pada mereka yang tidur enam jam sehari. Jumlah ini meningkat menjadi 11 persen pada orang yang tidur lima jam sehari. Risiko kematian sebesar 17 persen disandang mereka yang tidur hanya empat jam sehari.
POSISI SEMEDI TIDUR
Di dalam penempaan di sanggar, padepokan, kuil, para pejalan spiritual mempratekkan semedi dengan menggunakan empat sikap tubuh yang berbeda-beda. Mereka mempratekkan semedi dengan kesadaraan pikiran saat berjalan, berdiri, duduk dan berbaring (tidur). Mereka harus sepenuhnya membangun kesadaran setiap saat dalam kondisi apapun. Posisi utama tubuh dalam semedi adalah duduk bersila dengan punggung tegak. Tapi umumnya para pejalan spiritual sulit duduk berjam-jam tanpa merubah posisi. Sehingga posisi ini perlu dilanjutkan dengan semedi berbaring sebagai tahap untuk menjalani meditasi tidur. Di dalam semedi posisi berbaring sebagai latihan untuk menuju “semedi tidur”, kita butuh latihan. Setelah beberapa minggu bersemedi kita pun dengan mudah membiasakannya.
Tahap dalam semedi tidur ada empat: (I). Pada gerakan pertama, yakni gerakan mengangkat pikiran, pejalan spiritual mengalami rasa ringan. Ketika mengalami rasa ringan mereka “melihat” unsur api. Salah satu aspek dari unsur api adalah membuat benda-benda menjadi lebih ringan. Saat benda-benda menjadi lebih ringan itulah mereka bisa mengangkat pikiran. Kita merasakan intisari dari unsur api. Tidak hanya itu. Saat pikiran terangkat ada unsur lain yang juga bekerja. Setelah itu terjadi pergerakan pikiran bergerak naik. Pergerakan terjadi karena ada unsur udara yang bekerja. Tapi, dalam hal naiknya pikiran, unsur api lebih dominan dibanding unsur udara. Jadi bisa dikatakan saat mengangkat pikiran unsur utamanya adalah unsur api dan unsur kedua mengikuti adalah unsur udara. Kedua unsur tersebut bisa dirasakan oleh para pejalan spiritualsaat mereka menaruh perhatian sungguh-sungguh ketika mengangkat pikiran.
(II). Tahap berikutnya adalah mendorong pikiran ke depan. Saat pikiran terdorong ke depan unsur utama yang memengaruhi gerakan tersebut adalah unsur udara. Karena pergerakan (dalam hal ini ada gerakan mendorong) adalah satu sifat utama dari unsur udara. Jadi, saat bersungguh-sungguh melihat gerakan pikiran maju sebetulnya tengah “melihat” intisari unsur udara.
(III). Tahap semedi berbaring berikutnya adalah gerakan menurunkan pikiran. Sewaktu pejalan spiritual meletakkan pikiran ke bawah ada sejenis kekerasan pada pikiran. Kekerasan adalah karakteristik dari unsur air. Unsur air bersifat merembes dan mengental. Saat cairan menjadi berat maka ia akan mengental. Jadi, saat mengalami rasa berat pada kesadaran mereka sebenarnya mengalami peristiwa bekerjanya unsur air. Kita mengalami kekerasan dan kelembutan dari pikiran yang menyentuh dasar kesadaran. Persinggungan antara pikiran dan landasan mengalami keadaan alaminya yang khas. Kondisi ini dipengaruhi oleh unsur tanah. Jadi dengan menaruh perhatian sungguh-sungguh saat pikiran menekan landasan kesadaran bisa memetik pengalaman berupa keadaan alami yang dipengaruhi oleh unsur tanah.
(IV). Satu langkah konsentrasi tapi mengamati banyak proses. Mereka bisa mengamati empat unsur utama dan menyadari keempatnya secara alami. Keadaan ini hanya dialami oleh mereka yang berlatih sungguh-sungguh. Saat meneruskan latihan semedi berbaring mereka akan menyadari pada setiap gerakan ada pikiran yang mencatat atau mengawasi setiap gerakan tersebut. Proses yang sama muncul saat melakukan gerakan menekan kesadaran ke landasan. Saat itu ada gerakan menekan dan munculnya pengawasan atas gerakan tersebut. Dengan cara ini kita memahami bahwa bersamaan dengan melangkah ada gerakan kesadaran atau pengawasan batin. Sementara gerakan-gerakan kesadaran termasuk ke dalam kelompok materi atau rupa.
Pada saat itu para pejalan spiritual akan memahami batin dan jasmani muncul dan lenyap setiap saat. Pada satu waktu ada kesadaran yang terangkat dan munculnya kesadaran mengangkat. Saat berikutnya ada gerakan kesadaran mendorong ke depan dan kesadaran yang melihat pergerakan tersebut. Demikian seterusnya. Dari sinilah muncul pemahaman tentang bekerjanya pasangan batin dan jasmani yang muncul dan lenyap setiap saat. Hanya saja pemahaman atau pengertian tentang muncul dan lenyapnya batin dan jasmani setiap saat ini hanya akan terjadi bagi mereka yang berlatih dengan sungguh-sungguh. Ada hal lain yang akan ditemui. Yakni munculnya serangkaian kehendak atau maksud yang mengakibatkan terjadinya setiap gerakan.
Mereka akan menyadari bahwa kesadaran bisa diangkat karena mereka menginginkannya. Juga, kesadaran terdorong ke depan karena mereka bermaksud demikian. Kesadaran bisa turun karena mereka menginginkannya. Begitu pula pikiran bisa menekan landasan karena mereka bermaksud demikian. Jadi, hal itu bisa terjadi karena munculnya serangkaian kehendak. Kehendaklah yang mengawali setiap pergerakan. Setelah ada kehendak untuk mengangkat maka muncul proses mengangkat pikiran. Setelah ada kehendak untuk mendorong maka muncul proses pikiran terdorong ke depan. Demikian seterusnya. Setelah mengamati proses ini dengan sungguh-sungguh kemudian memahami semua kemunculan itu berkondisi. Pergerakan-pergerakan itu tak akan muncul dengan sendirinya.
Pergerakan-pergerakan itu tak akan terjadi tanpa adanya suatu sebab. Ada sebuah sebab atau kondisi untuk setiap pergerakan yaitu munculnya kehendak atau maksud yang mengawali setiap pergerakan. Sebab itu adalah gerakan dari AKU SEJATI, INGSUNG SEJATI KITA, RUH KITA. Inilah keuntungan besar dari berlatih semedi berbaring. Tentu saja tingkat di atas tidak mudah dicapai. Tapi, bila seorang pejalan spiritual mampu meraihnya bisa dipastikan akan mengalami ketenangan. Sebab memiliki kewaspadaan muncul-lenyapnya batin dan jasmani, memahami ketidakkekalan, memahami ketidakkekalan kesadaran. Ya, semuanya selain AKU SEJATI kita bersifat tidak kekal! Kita harus berusaha memahami apakah sesuatu itu bersifat kekal atau tidak kekal. Kita harus berusaha untuk melihat melalui kekuatan yang muncul dalam semedi apakah benda-benda itu subyek dari proses menjadi yang kemudian lenyap. Jika semedi kita cukup baik keadaan ini memungkinkan untuk mengamati ketidakkekalan. Setelah itu barulah kita bisa memutuskan fenomena yang tengah diselidikinya itu bersifat tidak kekal.
Melalui penyelidikannya kita akan melihat dan menyadari terangkatnya kesadaran yang muncul atas gerakan itu yang sesaat kemudian lenyap. Saat mereka memahami batin dan jasmani itu bersifat tidak kekal mereka akan mengerti bahwa batin dan jasmani itu bersifat tidak memuaskan. Hal ini muncul karena ternyata batin dan jasmani berada dalam keadaan terus-menerus timbul dan tenggelam. Setelah memahami ketidakkekalan dan tidak memuaskannya benda-benda akan muncul suatu penyelidikan yang memunculkan pengertian bahwa di sana tidak ada jiwa atau diri di dalam benda-benda yang memerintah mereka untuk menjadi kekal. Dalam setiap fenomena memang tiada apa pun, tak ada kekuatan apa pun, tak ada jiwa di balik fenomena-fenomena tersebut.
Pada kondisi ini pejalan spiritual bisa memahami sifat-sifat ketiga dari semua fenomena yang berkondisi yakni: TIDAK KEKAL, PASIF DAN TAK ADA INTI YANG KEKAL. Para pejalan spiritual bisa memahami ketiga sifat tersebut dengan penyelidikan secara tekun saat pikiran naik dan kesadaran yang muncul saat menaikkan pikiran. Akibatnya mereka bisa melihat semua fenomena secara alami.
MENEMUKAN AKU SEJATI
Usaha yang dikerahkan saat bersemedi dalam posisi tidur adalah melihat gerakan kita secara cermat secermat dengan energi berkekuatan tinggi. Melihat bingkai demi bingkai. Kita pun perlu menyelidiki kekuatan kesadaran dan kekuatan kehendak yang muncul di setiap pergerakan nafas. Dengan cara semacam inilah akan muncul penghargaan dan penghormatan atas perjuangan, kebijaksanaan. Setelah berlatih semedi dan mengamati dengan penuh perhatian kita akan tahu meski hanya satu pergerakan yang sebenarnya pergerakan itu gabungan dari jutaan gerak. Dari proses ini mereka mampu melihat ketidakkekalan dari fenomena karena ketidakkekalan tersembunyi dalam khayalan. Khayalan atas ketidakterputusan ini akhirnya setahap demi setahap tersebut bisa dihancurkan.
Nilai dari semedi ini bersandar pada kemampuan menyadari ketidakkekalan. Setelah menyadari bahwa benda-benda merupakan gabungan dari bagian-bagian yang muncul sedikit demi sedikit kita menyadari sesungguhnya tak ada apa pun di dunia ini yang cukup berharga untuk dilekati dan diidolakan. Ahli fisika modern berpendapat bahwa materi hanyalah gabungan partikel-partikel dan energi yang berubah terus-menerus. Tak ada suatu inti sari yang kekal di dalamnya. Maka, tidak ada yang berharga untuk digenggam di dunia fenomena ini. Sekarang kita bisa memahami alasan mengapa perlu berlatih semedi karena ingin menyingkirkan kemelekatan dan kerinduan terhadap obyek-obyek secara apa adanya.
Dengan cara itulah kita bisa menyingkirkan kerinduan pada apapun di dunia ini selain kerinduan untuk makrifat, bertemu SUBSTANSI, HAKEKAT DAN INTI KETIADAAN YAITU YANG MAHA ADA: TUHAN YANG ADA. Kita ingin menyingkirkan kerinduan pada benda-benda dan pada ego kita sendiri karena kita ingin keabadian. Kita enyahkan kerinduan dan kemelekatan. Kita harus memahami bahwa segala sesuatu muncul dan lenyap. Tak ada substansi yang kekal di dunia dan kemelekatan terhadap apapun harus ditiadakan. Kita beri perhatian penuh setiap saat pada keabadian yaitu hanya pada ADA-NYA, AKU-NYA, INGSUN SEJATI, DIRI SEJATI YANG MERUPAKAN BAYANGAN TUHAN SEMESTA ALAM sebagai SATU-SATUNYA PENGGERAK YANG TIDAK DIGERAKKAN LAGI.