Alam semesta ini adalah sebuah paket puja dan puji untuk Tuhan Semesta Alam. Semua elemen dan unsur di alam ini tercipta untuk memuja satu sumber energi terbesar yaitu Tuhan Yang Maha Terpuji. Paket itu terangkum dalam setiap gerakan batin untuk ber-TASBIH, ber-TAHMID dan ber-TAKBIR.
Karena sudah paketan, setiap hal memiliki usia hidup yang juga sudah paketan. Setiap paket memiliki batas usia maksimal. Begitu pula dengan manusia, paket usia manusia juga sudah ditentukan oleh manusia itu sendiri. Nah, berapa panjang usia manusia? Setiap manusia tidak sama usianya. Tergantung pada berapa tahun dia ingin hidup. Jadi saat kita menggerakkan kesadaran ruh untuk menetapkan batas usia, maka di situlah kita mematok dan memaket sendiri target usia kita.
Sayangnya, kesadaran fisik (otak) yang bermuatan EGO atau AKU berkata lain. Nafsu manusia kadang tidak sama dengan kesadaran ruh kita yang sudah menetapkan batas usianya sendiri. Nafsu manusia yang memiliki kecenderungan untuk MENGUASAI, MEMILIKI, MEMPERKAYA DIRI, MEMPERMUDAH DIRI akan membuat usia kita semakin pendek.
Hidup manusia modern kelihatannya semakin mudah. Semuanya serba elektronik dan digital. Manusia semakin malas bergerak memencet tombol televisi, karena sudah ada remote. Dengan remote, hanya dengan menggerakkan jari channel stasiun televisi pun berpindah. Badan tidak perlu lagi bangun, otot kaki dan tangan tidak lagi olah raga.
Untuk berangkat kerja, manusia modern menggunakan kendaraan dan dia hanya perlu sedikit energi. Tubuhnya minim gerakan. Makanan yang dikonsumsi pun penuh dengan racun-racun yang siap membuatnya kelebihan berat badan, kolesterol, asam urat, diabetes. Segudang penyakit baru lahir akibat pola hidup dan pola makan yang keliru. Sel-sel baru mutan yang kita sebut sel KANKER siap menggerogoti usia kita.
Manusia modern merasa tidak perlu beranjangsana ke para saudara dan tidak perlu mengunjungi teman dan sahabat karib lagi. Silaturahim cukup dilaksanakan dengan SMS, telepon, yahoo messenger, facebook. Untuk memuaskan dahaganya akan ilmu pengetahuan, dia hanya perlu mengakses internet. Di sinilah perpustakaan terbesar di dunia dalam genggaman.
Akibatnya? Usia manusia modern jadi mengkeret. Harusnya usia yang ditarget 100 tahun, ternyata saat usianya menginjak 50 tahun, tubuhnya rusak. Itu bila tidak dilanda stress akibat beban hidup yang menghimpit. Masalah asmara dengan segara persoalannya seperti perselingkuhan, Wanita Idaman Lain/Pria Idaman Lain, masalah ekonomi dengan segala variannya, dan segudang soal lain karena manusia masih berkutat pada kesadaran fisik (otak). Manusia modern memang telah kehilangan DIRI SEJATINYA.
BELAJAR DARI ADAM
Membahas usia setidaknya kita mengenal dua wacana: Usia kronologis/usia biologis dan Usia Mental. Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia. Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang. Misalkan seorang anak secara kronologis berusia empat tahun akan tetapi masih merangkak dan belum dapat berbicara dengan kalimat lengkap dan menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak berusia satu tahun, maka dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu tahun.
Rumus kecerdasan (IQ) dari Stanford Binet yang ditunjukkan untuk mengkuantitaskan fungsi intelektual akhirnya mendapati rumus IQ sebagai berikut: IQ = (MA/CA) x 100. MA (Mental Age) adalah umur kemampuan intelligence seseorang dan CA (Cronological Age) adalah umur kronologis. Ini berarti semakin tinggi KECERDASAN IQ seseorang perbandingan usia mentalnya harus lebih tinggi dari usia kronologisnya. Misalnya usia mental kita 30 tahun namun sudah mampu berpikir tentang makna dan hakikat hidup seperti seorang berusia 60 tahun, ini berarti dia memiki kecerdasan yang tinggi. Siapa sosok paling cerdas di dunia yang kecerdasannya sudah melampaui rentang usia hidup di dunia dan sudah menemukan makna kesimpulan hidup di dunia bahkan hingga akhir pergelaran alam? Mereka adalah para Nabi.
Manusia pertama kali hidup di bumi ini adalah ADAM AS. Tahu nggak usia beliau? Kalau tidak salah duga: Seribu tahun-an. Atau sepuluh kali lipat manusia sekarang. Usia Nuh AS pun sekitar sembilan kali lipat usia manusia modern. Itu pun bila diandaikan usia manusia modern 100 tahun. Kenapa mereka bisa berusia lama? Kita tidak akan menjawab karena sudah TAKDIR. Jawaban yang membuat selesai persoalan.
Marilah kita olah rasa/olah batin sesaat. Apa resep Adam panjang usia? Apakah ADAM tidak gelisah atau stress? Jelas juga gelisah saat di turunkan dari Surga dan mencari pasangan hidup satu-satunya, HAWA. Dia sendirian berjalan melintasi hutan belantara yang sunyi. Gunung, semak belukar, padang pasir, dia arungi dan harus bisa survive. Bertahan hidup dari bahaya yang siap mengancam dari segala penjuru sewaktu-waktu.
Adam menggunakan seluruh panca indera, akal dan batinnya untuk hidup. Dia membuat pakaian dari kulit binatang. Masa itu belum ada pabrik kain dan toko kain. Dia hidup sendiri di bumi. Berarti dia harus membunuh binatang dan menguliti tubuh binatang untuk kemudian dijadikan pakaian. Pisau belum ada karena belum ada pabrik logam. Adam menggunakan akal pikiranya untuk menemukan cara membuat pisau. Tuhan tidak membekali alat-alat canggih kepada Adam untuk bertahan hidup. Tuhan tidak membekali Adam dengan Global Positioning System (GPS) untuk menentukan letak Hawa. Sesobek Peta pun belum ada yang membuat.
Adam hanya dibekali Tuhan: “NAMA-NAMA SEGALA BENDA.” Dengan itu, Adam menafsirkan, mendefinisikan, menggolongkan, mengadakan spesialisasi ordo, genus, spesies benda-benda. Menalar dan merasa, selanjutnya membuat alat-alat baru untuk mempermudah hidupnya. Jadi, Adam mencari Hawa di permukaan bumi yang luas ini menggunakan kemampuan akal dan batinnya.
Hidup Adam adalah sangat adaptif dengan alam. Adam tidak lahir enak-enakan, dimanja situasi dan keadaan. Hidupnya benar-benar sebuah PERJUANGAN. Tidak seperti di Surga yang semuanya serba dilayani, di Bumi ini Adam harus menggerakkan seluruh kemampuannya agar bisa melangsungkan hidup demi lahirnya manusia secara turun temurun.
Adam memang digariskan sengaja mendekat dan memakan buah Khuldi– simbol nafsu sehingga dia bisa membuat peradaban manusia. Jadi tidak ada yang salah pada diri Adam karena memang manusia secara kodratnya sudah dilengkapi dengan nafsu. Sementara di surga, nafsu tidak mendapat tempat. Nafsu EGO tempatnya di “bumi” kesadaran fisik (otak) sementara surga tempatnya di kesadaran jiwa dan kesadaran ruh. Dari Nafsu kita belajar memaknai kehancuran dan kerusakan (Syiwa), dari jiwa kita belajar memelihara (Wisnu), dan dari ruh kita belajar untuk mencipta (Brahma).
Maka bila kita ingin agar panjang usia maka perbanyak menggunakan kesadaran jiwa dan kesadaran ruh. Banyak ibadah, beramal, beraktivitas sosial, pelihara sifat sabar, sumeleh, pasrah, ikhlas dan bersyukur. Jangan biarkan usia dihabiskan untuk mengejar hasil dan target. Karena ini adalah kesadaran fisik (otak dan ego) yang akan menjadi Syiwa yang akan menghancurkan usia.